puisi

Bila Tiba Waktu Berpisah

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan

Bumi Pun Berbicara

Bila tiba masanya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berlari
ke dalam perutku engkau kembali
Di atasku engkau berjalan dalam kesenangan
di perutku engkau jatuh dalam kesusahan
Di punggungku engkau tertawa
di perutku engkau berduka
Di atasku engkau makan yang diharamkan
di perutku engkau menjadi santapan
Bila tiba waktunya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berjalan dalam kesombongan
di perutku engkau dihinakan
Di atasku engkau dalam kebersamaan
di perutku engkau dalam kesendirian
Di punggungku engkau bermandikan cahaya
di perutku engkau dalam gulita
Di atasku engkau durhaka
di dalam perutku engkau tersiksa

0 Responses